Neraca Perdagangan Indonesia Surplus 50 Bulan Berturut-Turut

Neraca perdagangan Indonesia telah mencatatkan surplus selama 57 bulan berturut-turut sejak Mei 2020.

Neracar perdagangan Indonesia pada bulan November 2024 tembus USD4,47 miliar atau sekitar Rp64 triliun.

Neraca perdagangan Indonesia pada Oktober 2024 membukukan surplus sebesar USD 2,48 miliar.

Surplus neraca perdagangan bulan Agustus 2024 lebih tinggi dibandingkan dengan bulan sebelumnya.

Secara tahunan, nilai impor Juli 2024 mengalami peningkatan 11,07 persen.

Neraca perdagangan Indonesia per Juli 2024 turun sebesar USD470 juta menjadi USD1,92 miliar dibanding bulan sebelumnya yang mencapai USD2,39 miliar.

Surplus perdagangan pada April 2024 ini diakibatkan nilai ekspor yang masih lebih tinggi daripada impor.

Neraca Perdagangan Indonesia melanjutkan trend surplus selama 45 bulan atau hampir 4 tahun secara berturut-turut.

Pudji menerangkan, surplus tersebut ditopang oleh komoditas non migas yaitu sebesar USD4,62 miliar

Neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus USD3,48 miliar pada Oktober 2023.

Catatan ini memperpanjang daftar surplus selama 41 bulan berturut-turut.

Neraca perdagangan Indonesia mencatatkan surplus USD1,31 miliar atau sekitar Rp20,01 triliun

BPS mulai mengukur tingkat kemiskinan sejak 1984 dengan data tahun 1976.

Peningkatan ini menjadi sinyal positif bagi petani, pelaku usaha, dan penggemar kopi di Tanah Air.

Perjanjian ini berlaku selama tiga tahun ke depan hingga 20 Mei 2028.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal pertama tahun 2025 hanya 4,87 persen.

Kenapa antara data BPS dan World Bank berbeda dalam penghitungan kemiskinan di Indonesia?

Rapuhnya ekonomi Indonesia tercermin dari pertumbuhan ekonomi kuartal pertama 2025 yang hanya 4,87 persen.

BPS mencatat komoditas penyumbang surplus utama non migas ini adalah Bahan bakar mineral.

Menurut Budi, secara kumulatif ekspor Indonesia pada Januari hingga April 2025 memang meningkat 6,65 persen.

Ekspor Korea Selatan turun 1,3% pada Mei menjadi USD57,3 miliar, dipengaruhi oleh tarif AS dan penurunan permintaan global.

Hasil laut seperti landak laut atau bulu babi yang bisa dikumpulkan para kelompok nelayan bisa mencapai hingga lima ton per harinya.

Ekspor kemenyan Indonesia menunjukkan peningkatan nilai meski volume mengalami penurunan, dengan potensi hilirisasi yang menjanjikan.

Program business matching ekspor bertujuan memperluas akses pasar bagi pelaku UMKM.