Neraca Dagang Mei 2025 Surplus Besar, Mendag Pede Perang Tak Ganggu Ekspor
BPS mencatat komoditas penyumbang surplus utama non migas ini adalah Bahan bakar mineral.

Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso meyakini, perang yang terjadi di Timur Tengah tidak sampai mengganggu ekspor Indonesia. Dibuktikan oleh adanya surplus neraca perdagangan per Mei 2025, yang secara angka mencapai USD 4,9 miliar.
Mendag tidak memungkiri, surplus neraca perdagangan RI sempat melesu di April 2025, yang hanya mencatat USD 160 juta. Itu terjadi gara-gara adanya momentum awal masa libur panjang Lebaran, hingga kebijakan tarif resiprokal oleh Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump.
"April (2025) itu kan sempat turun ya dibanding Maret (2025). Itu kenapa? Karena awal April itu kan masih libur, liburnya panjang. Jadi ekspornya tertunda. Kan banyak perusahaan juga libur," ujar dia di Kantor Kementerian Perdagangan (Kemendag), Jakarta, Kamis (26/6).
"Yang kedua, saat itu lagi ramainya tarif Trump. Jadi itu banyak yang menunda karena meminta kepastian," dia menambahkan.
Namun, kondisi tersebut berbalik sebulan setelahnya pada Mei 2025. Mengutip laporan Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati, neraca perdagangan RI di bulan tersebut meningkat 2.962 persen menjadi USD 4,9 miliar dibanding April 2025.
"Kemarin Bu Menkeu juga sudah menyampaikan, yang bulan Mei ini naik. Justru yang bulan Mei ini surplus terbesar ya dalam dua tahun terakhir. Jadi naik lagi," kata Mendag.
Perang Tak Jadi Masalah
Oleh karenanya, ia percaya bahwa perang Iran-Israel yang sempat berkecamuk di Timur Tengah belum sampai mengganggu ekspor dari Indonesia.
"Jadi enggak ada masalah. Artinya, Alhamdulillah sampai saat ini enggak ada pengaruh. Belum ada pengaruh dengan situasi perang dan sebagainya," ungkap Mendag.
"Ekspor kita tetap naik. Kalau Januari-April kan kita naik 6,65 persen. Yang Mei ini memang data resminya belum keluar. Nanti awal Juli ya dari BPS akan menyampaikan (pengumuman resminya)," tutur dia.
Surplus 60 Bulan Beruntun
Mengutip data resmi terakhir milik Badan Pusat Statistik (BPS), neraca perdagangan Indonesia pada April 2025 masih mencatat surplus sebesar USD 160 juta. Meskipun nilainya merosot tajam, capaian itu masih memperpanjang catatan surplus neraca perdagangan selama 60 bulan berturut-turut.
Surplus neraca perdagangan RI ini ditopang paling besar dari komoditas non minyak dan gas bumi (migas). Besaran surplusnya mencapai USD 1,51 miliar.
BPS mencatat komoditas penyumbang surplus utama non migas ini adalah Bahan bakar mineral atau HS 27, kemudian lemak dan minyak hewani atau nabati atau HS 15 serta besi dan baja atau HS 72.