Kemenperin: Kegiatan Usaha Stabil, tapi Pengusaha Semakin Pesimis
Persentase pelaku usaha yang menyatakan kondisi usahanya merosot di Juni 2025 turun 2,9 persen menjadi 22,8 persen.

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mencatat kegiatan usaha pelaku industri selama Juni 2025 cenderung stabil. Namun, lebih banyak pengusaha semakin pesimistis terhadap sektor manufaktur dalam 6 bulan ke depan.
Juru Bicara Kemenperin, Febri Hendri Antoni Arief mengatakan, kegiatan usaha secara umum tercatat stabil, di mana 77,2 persen responden dalam survei Indeks Kepercayaan Industri (IKI) Juni 2025 menyampaikan kegiatan usahanya membaik dan stabil.
"Proporsi industri yang menyatakan kondisi usahanya membaik sebanyak 32,1 persen meningkat 3,2 persen dari bulan sebelumnya, dan yang menyatakan stabil sebesar 45,1 persen," terangnya di Kantor Kementerian Perindustrian, Jakarta, Senin (30/6).
Di sisi lain, persentase pelaku usaha yang menyatakan kondisi usahanya merosot di Juni 2025 turun 2,9 persen menjadi 22,8 persen. Adapun secara proyeksi, persentase pengusaha yang menyatakan kondisi usahanya bakal tetap stabil selama 6 bulan ke depan, naik 0,2 persen menjadi 25,2 persen.
Sebaliknya, optimisme pengusaha terhadap kondisi usaha industri dalam 6 bulan ke depan terpantau lebih surut atau anjlok. Ditunjukan lewat tingkat optimisme pelaku usaha yang menunjukan tren penurunan.
"Optimismenya sedikit menurun dibandingkan dengan Mei 2025 menjadi sebesar 65,8 persen atau turun 0,8 persen. Presentase pesimisme pelaku usaha naik 0,6 persen menjadi 9,0 persen pada bulan Juni 2025," tutur Febri.
Keyakinan Industri Berorientasi Ekspor Melambat
Dilihat dari kacamata orientasi pasar produk manufaktur ekspor dan domestik, Febri melanjutkan, indeks kepercayaan industri (IKI) perusahaan industri yang berorientasi ekspor sedikit melambat 0,14 poin menjadi 52,19.
Menurut dia, perlambatan indeks keyakinan Industri yang berorientasi ekspor tersebut disebabkan oleh ketegangan geopolitik antara Iran-Israel di Timur Tengah.
"Kami menduga bahwa hal ini masih disebabkan karena masih ada pengaruh dari perang dagang dan juga kenaikan eskalasi politik di Timur Tengah," kata dia.
Industri Berorientasi Domestik
Demikian pula untuk industri yang berorientasi domestik, di mana nilai indeks kepercayaan industrinya melambat 0,5 poin menjadi 51,32.
Khusus untuk industri yang berorientasi pasar domestik, Febri mengutarakan, penurunannya lebih disebabkan karena produksi yang menurun.
"Jadi industri masih menggunakan stok yang ada di gudang untuk memenuhi permintaan yang meningkat pada produk industri di pasar domestik Indonesia," pungkas dia.