Sosok Pemimpin 'Penjaga Api' Revolusi Islam Iran yang Sempat Diincar Israel Untuk Dibunuh
Sosok pemimpin tertinggi Iran yang ternyata sempat diincar oleh Israel.

Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei ternyata sempat menjadi target pembunuhan dalam serangan Israel yang dilakukan sejak Jumat, (13/6) lalu. Rencana itu disebut terungkap dalam sebuah dokumen rahasia Israel.
Namun, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dikatakan memveto atau menolak rencana pembunuhan Khamenei. Hal tersebut seperti dikatakan oleh dua pejabat AS yang tidak disebutkan namanya kepada Reuters.
"Apakah Iran sudah membunuh warga Amerika? Belum. Sampai mereka melakukannya, kita bahkan tidak akan membicarakan tentang mengejar pemimpin politik," kata seorang pejabat dikutip dari Reuters (17/6).

Menurut Associated Press (AP), Yerusalem memberi tahu pemerintahan Trump dalam beberapa hari terakhir bahwa mereka telah mengembangkan rencana yang kredibel untuk membunuh Khamenei. Namun, Gedung Putih menjelaskan kepada pejabat Israel bahwa Trump menentang tindakan Israel tersebut
Setelah informasi tersebut beredar, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menolak berkomentar mengenai laporan rencana pembunuhan Ali Khamenei itu dalam wawancaranya di Fox News, Minggu (15/6).
"Ada begitu banyak laporan palsu tentang percakapan yang tidak pernah terjadi, dan saya tidak akan membahasnya. Tetapi saya dapat memberi tahu Anda, saya pikir kami melakukan apa yang perlu kami lakukan," katanya.
"Kami akan melakukan apa yang perlu kami lakukan. Dan saya pikir Amerika Serikat tahu apa yang baik untuk Amerika Serikat," tambah Netanyahu.
Sosok Ayatollah Ali Khamenei

Ayatollah Ali Khamenei adalah ulama sekaligus tokoh politik berpengaruh di Iran. Dia lahir di kota suci Mashhad pada 19 April 1939. Pemikiran revolusioner Islam Khamenei sudah muncul sejak ia mendengarkan pidato berapi-api dari ulama pemberani, Nawwab Safavi.
Kala itu, Safavi menentang kebijakan Shah yang anti-Islam dan licik. Hingga pada akhirnya, Khamenei merupakan sosok yang menjadi martir rezim Shah di tahun 1978.
Setelah rezim Shah jatuh, Republik Islam di Iran bangkit. Sesaat sebelum kemenangan Revolusi Islam pada 11 Februari 1979, Ali Khamenei diangkat sebagai anggota Dewan Revolusi Islam bersama tokoh-tokoh penting lainnya.

Khamenei dengan cepat naik dalam hierarki pemerintahan baru dan pada 1981 terpilih sebagai presiden. Setelah kematian Ayatollah Ruhollah Khomeini pada 1989, Khamenei diangkat sebagai pemimpin tertinggi menggantikan mentornya itu.
Sejak itu, ia memperluas kekuasaannya dan membangun kontrol menyeluruh atas struktur negara Iran pasca revolusi. Khamenei menempatkan prinsip-prinsip revolusi sebagai fondasi kebijakan. Namun, dia menerapkannya secara pragmatis.
Ketika seorang reformis, Mohammad Khatami, terpilih sebagai presiden pada 1997, Khamenei membiarkannya melakukan sejumlah manuver diplomatik termasuk pendekatan ke AS. Namun, ia tetap menjaga agar inti ideologi republik Islam tidak terganggu.